TEMANGGUNG - Mengenang gugurnya para pahlawan dalam kekejaman belanda, Dandim 0706/Temanggung Letkol Inf Sriyono hadiri do'a bersama dan tabur bunga di jembatan Kali Progo, Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jum'at (16/08/2024).
Acara do'a dan tabur bunga dihadiri Pj Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo, Ketua DPRD Yunianto, Kapolres Temanggung AKBP Ary Sudrajat, Kajari Temanggung Nilma, Forkopimcam Kranggan, warga Kranggan, Madureso serta tamu undangan.
Sejarah pertumpahan darah yang pernah terjadi di jembatan Progo merupakan kekejaman kolonial Belanda sekitar tahun 1949.
"Para pejuang warga sekitar Kranggan dibunuh di jembatan Progo kemudian dilemparkan ke sungai Kali Progo. Sehingga ada keterikatan secara emosional warga Kelurahan Kranggan dan warga Madureso berkumpul setiap 16 malam bulan Agustus untuk mendoakan para pendahulunya", ungkap Lurah Kranggan Joko Tri Anggoro saat sambutan acara tersebut.
Sementata itu, ketua DPRD Kabupaten Temanggung Yunianto mengatakan, "Temanggung dengan identifikasi temuan benda-benda bersejarah senjata peninggalan Belanda yang digunakan untuk memporak-porandakan masyarakat di Temanggung termasuk 18 granat ditemukan. Terbukti bahwa leluhur kita pemberani untuk berjuang serta tidak sedikit ribuan yang gugur ribuan nyawa yang dikorbankan untuk sebuah kemerdekaan ", jelasnya.
Ia meminta, " Warga masyarakat Madureso dan Kranggan serta kita semua generasi penerus untuk tiada hentinya bersama-sama mendarmabaktikan kepada tanah air sesuai dengan kapasitas kapabilitas kemampuan kita masing-masing", pungkasnya.
Acara dilanjutkan Musikalisasi puisi dengan judul " Banjir Darah Bawah Lungkrah " mengisahkan tentang sejarah pertumpahan darah yang pernah terjadi di jembatan Progo Kranggan.